Herbisida Basmi Rumput, Cara Kerja Herbisida, 0341-491864
CARA KERJA HERBISIDA
PADA TANAMAN
Perkembangan herbisida dalam dunia
pertanian saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dalam
era peningkatan mekanisasi dan program budidaya intensif ini, peran
penggunaan herbisida dalam upaya meningkatkan hasil dan mengurangi
biaya produksi semakin besar. Seperti kita ketahui bersama bahwa
peran herbisida kini sangat penting dalam mengurangi jumlah gulma
yang mengganggu tanaman utama. Dengan melakukan aplikasi herbisida
secara teratur pada gulma di lahan kita , maka otomatis kita
mengurangi biaya pembersihan gulma.
Namun demikian, penggunaan herbisida
tersebut perlu mendapat perhatian yang serius mengingat pengendalian
gulma secara kimiawi akan berhasil apabila herbisida tersebut
selektif terhadap tanaman utama sekaligus ramah terhadap lingkungan.
Dengan kata lain, aplikasi herbisida yang dilakukan haruslah
bijaksana sehingga tidak hanya aman bagi tanaman namun juga sisa
herbisida tersebut tidakmencemari lingkungan sekitar.
Berhati-hati menggunakan herbisida
dalam pengendalian gulma merupakan hal yang penting baik itu untuk
herbisisda pra-tumbuh maupun purna-tumbuh mengingat persistensi
herbisida dalam tanah setiap jenisnya berbeda-beda. Apalagi kini
sudah banyak macam ragam dan jenis herbisida yang beredar di pasaran
dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing. Persistensi merupakan
kemampuan herbisida tetap berada pada tanah dalam keadaan tetap
aktif. Informasi tentang persistensi pestisida sangat perlu agar
penggunaannya dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
Persistensi ini merupakan ekspresi positif dan negatif dari herbisida
itu sendiri. Semakin lama persistensi herbisida dalam tanah, maka
akan semakin menguntungkan bila ditinjau dari segi efikasinya. Namun
apabila ditinjau dari segi ekologi yang dikaitkan dengan kualitas
lingkungan, maka persistensi herbisisda yang terlalu lama tentunya
merupakan hal yang tidak diinginkan dan harus dihindari karena akan
mencemari lingkungan sekitar.
Terdapat dua tipe herbisida menurut
aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan
herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). Yang pertama
disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar
(atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini
bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada.
Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya.
Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu
tumbuhan pokoknya.
Pada umumnya herbisida bekerja dengan
mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak
atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang “normal”
dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki
struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim
yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu
keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan.
Contoh:
glifosfat (dari Monsanto) mengganggu
sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol
piruvat
fosfinositrin mengganggu asimilasi
nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim glutamin
sintase
Sejumlah produsen herbisida mendanai
pembuatan tanaman transgenik yang tahan terhadap herbisida. Dengan
demikian penggunaan herbisida dapat diperluas pada tanaman produksi
tersebut. Usaha ini dapat menekan biaya produksi dalam pertanian
berskala besar dengan mekanisasi. Contoh tanaman tahan herbisida yang
telah dikembangkan adalah raps (kanola), jagung, kapas, padi,
kentang, kedelai, dan bit gula.
Dewasa ini penggunaan herbisida
dibidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan lingkungan tempat
tinggal telah mengalami peningkatan yang signifikan dan menjadi
bagian penting dari system pertanian modern. Bersama-sama dengan
adopsi varietas unggul, penggunaan pupuk anorganik, perbaikan system
pengairan, dan penggunaan alat-alat berat, penggunaan herbisida dan
jenis pestisida lainnya telah memberikan kontribusi yang sangat
penting terhadap peningkatan produktivitas pertanian.
Beberapa jenis pestisida yang banyak
digunakan di lahan pertanian menggunakan bahan aktif
1,1′-dimetil-4,4′-bipiridin (paraquat) yang digolongkan sebagai
herbisida golongan piridin yang bersifat kontak tak selektif dan
dipergunakan secara purna tumbuh. Bahan aktif pada herbisida
merupakan senyawa toksik yang keberadaannya dalam tanah (20 ppm)
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Azotobacter dan Rhizobium yang
berperan dalam fiksasi nitrogen. Selain itu bahan aktif yang
terkandung dalam herbisida juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
E coli dan alga di dalam tanah. Bahan aktif pada herbisida merupakan
bagian dari kelompok senyawa bioresisten yang sulit terdegradasi
secara biologis.
Bahan aktif pada herbisida relatif
stabil pada suhu, tekanan serta pH yang normal, sehingga memungkinkan
untuk tinggal lebih lama di dalam tanah. Bahan aktif ini juga mudah
larut dalam air sehingga memungkinkan untuk tercuci oleh air hujan
atau air irigasi sehingga dapat mencemari lingkungan atau system
perairan.
Absorbsi dan desorbsi herbisida oleh
permukaan padatan tanah diketahui sebagai proses penting yang mampu
mempengaruhi perilaku herbisida di dalam tanah dan lingkungan. Ketika
senyawa herbisida kontak dengan tanah, baik karena aplikasi,
terjatuh, atau tertumpah, atau karena terbawa oleh air hujan dan
irigasi, sebagian akan tertahan dan tertinggal di dalam tanah melalui
proses absorbsi, sebagian lagi akan berada di dalam air diantara
partikel-partikel tanah.
Absorbsi ini mampu menurunkan
konsentrasi senyawa herbisida didalam larutan tanah sehingga
menghalangi mobilitas senyawa tersebut menuju system perairan.
Senyawa herbisida yang terabsorbsi bersifat pasif, tidak tersedia
untuk proses fisik, kimia, maupun biologi sampai terjadinya desorbsi.
Bahan organic tanah diketahui sebagai komponen tanah yang mempunyai
peranan sangat penting dalam proses absorbsi dan desorbsi herbisida
di dalam tanah dan lingkunan.
Absorbsi herbisida sangatdipengarui
oleh luas permukaan absorben. Semakin luas permukaan absorben semakin
tinggi kemungkinan terjadi absorbsi karena semakin banyak site yang
tersedia untuk permukaan absorbsi.
Interaksi bahan organic terlarut
dengan herbisida memungkinkan ia bertindak sebagai agen pembawa
herbisida dan mencegah absorbsi herbisida oleh fase padat. Keberadaan
bahan organic terlarut mampu menurunka absorbsi atrazin dan
promertrin oleh tanah dan meningkatkan transport senyawa tersebut
menuju system perairan. Peningkatan bahan organic tanah diikuti
peningkatan bahan organic tanah terlarut sehingga menurunkan absorbsi
herbisida oleh permukaan bahan organic tanah.
Adanya hubungan yang kompleks antara
herbisida, tanah, iklim maupun organisme yang berada di dalam tanah
merupakan penyebab terjadinya keragaman persistensi herbisida dalam
tanah. Oleh karena itu agar penggunaannya sesuai dengan yang
diharapkan dan efek negatifnya terhadap lingkungan dapat ditekan maka
pemahaman akan
Jika anda berminat Hubungi :
Cabang Malang
Hp : 0341-491864
Wa :
- 085259107277 (Jumadi)
- 08134004100 (Gunawan)
-0812336813014 (Rudi)
Komentar
Posting Komentar